Manggarai Timur, suaraindonesia1.id – Infrastruktur pendidikan yang tidak layak masih ditemukan di sejumlah daerah di Indonesia salah satunya gedung SDI Compang Ngeles Desa Rana Gapang Kecamatan Elar Kab Manggarai Timur Prov Nusa Tenggara Timur yang rusak parah.
Video singkat yang diterima tim Suaraindonesia1.id pada sabtu 21 mei 2022 memperlihatkan kondisi gedung yang sangat memprihatinkan itu serta Sebagian besar kondisi gedungnya rusak serta lantai yang terkelupas.
Seperti masih banyaknya sekolah-sekolah di Indonesia yang jauh dari kata ‘layak pakai’ alias kondisinya masih memprihatinkan.
Baca: Tak Percaya DPR, Presidium ASELI Salurkan Aspirasi ke Ketua DPD RI
Indonesia yang kata orang-orang sebagai negara kaya raya, nyatanya masih tak mampu mencukupi kebutuhan pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Potret gedung sekolah di Desa Rana Gapang SDI Compang Ngeles , menjadi saksi masih buruknya kualitas pendidikan di Indonesia terutama di Kab ManggaraiTimur Prov Nusa Tenggara Timur.
Meski semangat belajar sangat menggebu-gebu, apa daya siswa sekolah dasar compang ngeles terpaksa belajar di ruang kelas layaknya kandang ayam. Salah satu sumber yang enggan namanya dimediakan kepada media ini mangakui kalau gedung tersebut dibiarkan apa adanya lantaran instansi terkait tak memiliki cukup dana untuk membangun gedung sekolah permanen.
Orangtua mendukung anak mereka untuk tetap bersekolah, meskipun lokasinya jauh dengan gedung tidak layak yang masih juga disebut kelas,” ujarnya
Sekolah sejatinya memang diperlukan agar bangsa ini semakin cerdas dan tidak terbelakang. Kemerdekaan yang dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia, nyatanya masih belum mampu ‘memerdekakan’ sekolah-sekolah yang butuh pertolongan di pelosok negeri ini. Yang lebih mengherankan, kemana para pejabat dan pemerintahnya ? Di mana rasa tanggung jawab Indonesia yang katanya negeri makmur dan kaya raya ?
Di sisi lain, pemerintah pusat telah mengeluarkan triliunan rupiah untuk biaya perbaikan dan pembangunan ruang kelas.
Dikutip dari Direktorat Sekolah Dasar,Direktorat jendral PAUD, Dikdas dan Dikmen Kementrian Pendidikan , Kebudayaan,Riset dan Teknologi ( ditpsd.kemndikbud.go.id ) anggaran untuk jenjang SD ada sekitar Rp 6,4 triliun dari total anggaran Rp 17,7 triliun.
Fathurrahman menyampaikan paling besar adalah jenjang SD. “Karena memang jumlah satuan pendidikan SD sangat banyak,” imbuhnya.
Sementara itu terkait dengan kebijakan pelaksanaan jangka tahun 2022 atau biasa disebut revitalisasi, untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SKB, SMA, SLB dan SMK dengan 2 macam rincian menu. Pertama adalah rehab sarana dan prasarana, dan yang kedua adalah penyediaan sarana Pendidikan.
Tetapi mengapa ruang kelas SD di Indonesia banyak yang rusak bahkan roboh padahal anggaran yang dikucurkan triliunan rupiah?
Sdi compang ngeles menjadi potret dari buruknya kualitas infrastrukur gedung sekolah di Kab Manggarai Timur Prov Nusa Tenggara Timur. Dibangun sejak tahun 2005 silam gedung sekolah tersebut tidak mendapat perhatian dari pemda manggarai timur dalam hal dinas PPO Matim.
Kondisi semakin parah karena bangunan sekolah tersebut dihantam hujan deras disertai angin puting beliung hingga pada akhirnya tepat pada tanggal 11 April 2022 gedung sekolah pun roboh.
Enjhy sala satu pemuda rana gapang bercerita,kalau ia pernah meminta kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga untuk melakukan perbaikan sekolah ,Namun hasilnya nihil.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam hal ini dinas PPO melalui kepala Dinasnya Basilius Teto , kata Enjhy, selalu menjawab permohonan dengan “tunggu saja dengan sabar, tahun 2023 SDI Compang Ngeles akan dibangun 3 ruangan kelas, untuk sementara komite yang membangun “.
Padahal, menurut Enjhy, hari demi hari, murid harus berjuang belajar dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut.
Terpisah wakil kepala sekolah Dominikus Nderas menjelaskan ada empat (4) ruang gedung dibangun tahun 2005 melalui bantuan dari Pemda Manggarai. Waktu itu, Matim belum mekar atau masih kabupaten Manggarai. Gedung tersebut di bangun saat Bapak Antonius Latong menjabat sebagai Kepala sekolah.
Kami hanya bisa berharap dan terus berharap , entah sampai kapan.ttpnya
Penulis : carles marsoni