Safni Sikumbang, demikian nama aslinya. Lelaki kelahiran 50 tahun silam itu, juga dipanggil dengan nama “pak Mancakau”. Dia berasal dari Sariak laweh Kabupaten limapuluh-Kota. Agaknya panggilan tersebut berkesesuaian dengan sifatnya yang suka mancakau dan dicakau oleh warga Kandis Kabupaten Siak Riau.
Safni Sikumbang mencakau orang-orang yang dalam kesulitan ekonomi dan membinanya untuk memperbaiki ekonomi masing-masing. Karena sifat kepedulian sosial demikian, Safni juga banyak dicakau oleh organisasi kemasyarakatan sebagai donator dan Pembina di beberapa Organ Masyarakat.
Pak Mancakau atau Safni Sikumbang, sosok pribadi yang tidak tahan menyaksikan dan mendengar kesulitan orang-orang di sekitarnya. Kecenderungannya untuk menolong orang keluar dari kesulitan, terucap oleh puluhan pedagang di pasar rakyat milik Safni Sikumbang. Rata-rata pedagang di Pasar baru Km 79 Kandis itu, menggunakan kios secara gratis selama dua tahun.
Safni Sikumbang lahir Jorong Nagari Gadang,( sekarang sariak Laweh ) 50 tahun silam (14 MEI 1974). Kini lelaki 4 Anak itu Tengah menyiapkan rumah barunya seluas 360M2 di Kandis. Di tengah kesibukannya mengelola usaha beternak Sapi, ayam dan kebun sawit, lelaki asal Sariak Laweh Kec. Akabiluru Kabupaten Limapuluh-Kota ini, tidak pernah diam untuk membantu kesulitan dan membina pedagang kecil di Kandis, daerah ia berbisnis.
Hari-harinya relative tidak pernah kosong. Dia berjaya dalam semua bisnisnya di perantauan. 108 Ha kebun sawit, 98 ekor sapi serta 1 Ha pasar rakyat miliknya, tidak membuatnya menjadi angkuh. Sebaliknya, pemilik mini market dan travel Umroh & Haji RWH justru semakin rendah hati dan hidup sederhana.
” Perbulan, saya menisihkan 20 persen dari pendapatan” untuk membantu siapa saja yang pantas, ujarnya. Bantuan dari Ayah empat orang anak ini disalurkannya tidak hanya di Kandis, tempatnya berusaha . Dana tersebut juga diarahkannya ke kampung halamannya.
“Kulin” adalah nama panggilan Safni Sikumbang di kampungnya. Setiap 15 hari dalam sebulan “Kulin”. pulang ke kampungnya Sariak Laweh. Kehadirannya selalu disambut suka cita oleh tokoh Masyarakat Kecamatan Akabiluru. Terutama oleh para Walinagari yang ada di kecamatan setempat. Sejumlah masalah pasilitas umum selalu dibahas para Walinagari kepada Kulin. Hal Itu sudah dilakukannya sejak bertahun-tahun lalu.
Kesuksesan yang dicapainya saat ini, bermula dari rasa mindernya, setamat SMP. Ia minder karena tidak dapat melanjutkan pendidikan tersebab kemiskinan kedua orang tuanya.
Semasa sekolah, Safni Sikumbang kecil merupakan anak pintar. Kepemimpinannya telah tampak sejak di SMP. Selain dia juara kelas, Safni kecil juga menjadi ketua kelas di sekolahnya. Jabatan ketua kelas itu selalu dipercayakan hingga di kelas III .
Masa kecilnya, dia hidup bersama kedua orang tuanya yang selalu didera kesulitan ekonomi. Untuk bisa menamatkan SMP, itu sudah cukup bagi Syafni kecil. untuk dapat melanjutkan ketingkat SMTA, merupakan suatu kemustahilan baginya. Mengingat kondisi ekonomi dan kesehatan orang tuanya, Safni harus membunuh keinginan untuk sekolah di SMTA itu.
Di kelas III terakhir, Safni yang pintar itu sengaja menjatuhkan nilai belajarnya. Iya menamatkan SMP dengan posisi nomor dua terendah. Dia sengaja tidak mengikuti semua proses belajar dan pembelajaran, termasuk tidak mengikuti serangkaian ujian-ujian di kelas.
Tujuannya agar nilai ijazahnya tidak memenuhi sarat untuk melanjutkan ke SMTA.Ia takut, jika berprestasi akan menjadi beban pikiran orang tuanya untuk membiayai pendidikan ke jenjang berikutnya. Safni remaja takut kecewa dan depresi.
Safni kecil banyak menyaksikan orang-orang berprestasi menjadi tertekan dan depersi karena tidak bisa melanjutkan Pendidikan. Ia mengaku, takut juga mengalami hal sedemikian.
Setelah menamatkan SMP, maka iapun pergi mengasingkan diri Bertani. Di peladangan yang jauh dan tidak diketahui oleh teman-temannya, ia mengasah tekadnya untuk mampu meraih kesuksesan. Setahun lamanya dia di peladangan, karena minder dengan kawan2 yang sudah duduk di bangku SMTA. Ia hanya pulang menjenguk kedua orang tuanya sekali seminggu, sekaligus menjemput bekal untuk berladang di suatu tempat yang jauh dari orang–orang yang mengenalnya.
Safni tidak pernah menyesali orang tuanya yang miskin itu. Apalagi mengingat orang tuanya yang sudah sering sakit-sakitan, ditambah kondisi ekonomi yang memang payah. Tekadnya untuk sukses tidak pernah padam, kendati tidak bersekolah lagi.
Tekadnya untuk sukses dalam hidup dibuktikannya. Hasil 1 tahun mengasingkan diri di ladang Syafni berhasil memiliki sepeda motor dan seekor sapi. Di Sariak Laweh, kampungnya, hanya dirinyalah satu-satunya remaja yang bisa memiliki sepeda motor dan Sapi hasil keringat sendiri.
Meski demikian, Safni yang akrab dipanggil Kulin itu tidak cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya. Dia pun memutuskan untuk mengadu peruntungan ke negeri Jiran Malaysia. Dengan menumpangi perahu Tongkang, Safni yang masih usia 16 tahun itu, mengharungi selat Malaka. Ia berangkat tanpa paspor, karena usia 16 belum bisa mendapatkan paspor.
Modalnya bertarung hidup di negeri Jiran, hanyalah keberanian dan keyakinan untuk sukses.Dengan kecerdasan dan kejujuran, Safni remaja berhasil diterima bekerja menjadi tukang Las di salah satu perusahan asing di Kuala Lumpur. Keterampilan mengelas itu baru diperolehnya saat dia bekerja, sedangkan saat diterima ia samasekali tidak menguasainya. Ia belajar dengan dua teman baiknya, yang sama-sama bekerja di perusahaan itu.
Enam tahun lamanya Safni Sikumbang bekerja diperusahan tersebut.Prinsip hidupnya ke Malaysia itu bukan untuk cari uang, melainkan untuk mengali pengalaman.
Tahun 1993, Safni yang hanya bemodalkan ijazah SMP itu dipindahkan ke Cabang perusahan lain tempat dia bekerja. Ia lah satu-satunya warga Negara Indonesia yang lulus seleksi dari 40 orang bersama tiga warga Jepang, Jerman Timur, Singapura.
Saat itu, Safni Sikumbangmenerima gaji Rp 8 Juta/ bulan, jumlah itu merupakan gaji tertinggi dari orang Indonesia yang bekerja sebagai tukang las di malaysia. Dirinya tidak merasa jumawa atas posisi dan gaji yang besar itu.
Rasa syukurnya kepada Allah, ia sisihkan 20 % dari penerimaannya untuk membantu warga Minang lainnya yang hidup mengganggur di Malaysia. Ia kontrakan satu unit rumah untuk pemondokan buat yang belum bekerja. Ia juga menyediakan beras berkarung-karung dan telor ayam buat kebutuhan sehari-hari 25 orang yang menempati rumah kontraknnya.
Baginya, pengeluaran untuk membantu warga pendatang yang kesusahan itu, merupakan “ujud rasa syukur saya kepada Allah”. Dalam hati tidak pernah terbetik rasa dirugikan atas beban membiayai hidup 25 orang itu. Tukasnya mengakhiri.
Biodata
Nama Lengkap : Safni sikumbang
Nama Panggilan/Julukan: Mancakau dan Kulin
Tempat Tanggal Lahir : Jorong Nagari Gadang, ( sariak Laweh ) 14 MEI 1974
Nama Ayah : Alm .Syofian Suku Mandailing
Nama Ibu : Rosniati Suku Sikumbang
Nama Istri : Asra Yanti
Nama Anak : 1. Nova silvia
- Azzarah Fahlevi
- Aura Khairunnisa
- Muhammad fauzil Ahdim
Jenjang Pendidikan terakhir: SMTA
Organisasi:
- Ketua IKMR (Ikatan Keluarga Minang Riau (KANDIS)
Periode 2010-2015/ 2015-2020
- Ketua Forum Peduli Anak Nagari Kecamatan Akabiluru Kab. Limapuluh Kota
- Ketua DPD Aliansi ANIES Kabupaten Limapuluh-Kota .
- Pembina Gonjong Limo Kandis Kabupaten Siak Riau.
- Ketua Koperasi Talago Zamzam .
Jenis Usaha :
- Mancakau.
Minimarket Nova Famili.
Biro Travel Umrah & Haji .
108 HA Kebun Sawit ( sudah panen 2 tahun )
Ternak Ayam potong 3 ton/produksi
Ternak 98 ekor Sapi