Mantan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany diminta mundur, atau tidak mencalonkan diri dalam Pilkada Banten 2024.
“Ada permintaan untuk, kalau bisa enggak maju ya,” ujarnya.
Menurutnya, dirinya diminta tidak mencalon dalam kontestasi politik itu demi kepentingan yang lebih besar.
“Kepentingan nasional katanya, untuk kepentingan nasional yang lebih luas,” jelas Airin menyebut alasan dari orang yang memintanya tidak mencalonkan diri.
Namun, dia tidak mengungkapkan orang yang memintanya tidak mencalonkan diri dalam Pilkada Banten.
Mantan Walikota Tangsel itu mengatakan, tidak mungkin baginya untuk tiba-tiba berhenti dalam proses pencalonan pada Pilkada Banten.
Sebab, banyak orang yang sudah terlibat dalam upayanya untuk menjadi calon gubernur.
“Kalau tiba-tiba berhenti, apa yang harus saya sampaikan?” ujarnya.
Sebelumnya, mantan Walikota Tangsel itu, punya tingkat keterpilihan pada Pilkada Banten sampai 70 persen menurut lembaga survei, hampir batal menjadi calon gubernur Banten.
Baca Juga: Bupati MM Sapuan Bagikan Seragam Sekolah
Hal itu terjadi karena hampir seluruh partai politik yang bisa mengusung calon mendukung pasangan Andra Soni dan Achmad Dimyati Natakusumah, termasuk partai politik Airin yaitu Golkar.
Namun, setelah ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK), yang memperkecil ambang batas pencalonan dalam Pilkada.
Airin bisa mencalonkan diri dengan dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Kini Airin resmi maju di Pilkada Banten bersama Ade Sumardi. Airin yang merupakan keluarga besar jawara Banten disebut-sebut maju di pilkada demi melanggengkan politik dinasti.
Namun Airin Rachmi Diany, menegaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal keturunan, tetapi juga tentang pengetahuan, kemampuan, dan kemauan keras.
Hal ini disampaikan Airin untuk menanggapi tudingan dirinya sebagai bagian dari dinasti politik di Banten.
Baca Juga: Disinyalir Oknum Polisi Dan Ketua KAN Lunang Jual Beli Tanah Hutan
“Kepemimpinan itu bukan hanya keturunan dan kewarisan, tapi bagaimana pengetahuan, kemampuan, kecakapan, dan kerasnya kemauan sama tujuan kita, tekad kita,” ujarnya.
Ia juga menegaskan perjalanan politiknya tidak semata-mata berjalan mulus hanya karena latar belakang keluarga.
Menurutnya, menjadi pemimpin membutuhkan tekad yang kuat dan kegigihan dalam menghadapi tantangan.
“Kalau saya sudah belum apa-apa sudah nyerah, mungkin saya enggak duduk di sini, enggak jadi bakal calon,” jelasnya.
Tudingan bahwa Airin merupakan bagian dari dinasti politik di Banten sering kali dikaitkan dengan hubungan keluarganya.
Airin merupakan istri dari Tubagus Chaeri Wardana, atau Wawan, yang merupakan adik kandung Ratu Atut.
Sedangkan Ratu Atut Chosiah adalah mantan Gubernur Banten yang memimpin selama dua periode (2007–2014) sebelum tersandung kasus korupsi.
Wawan dan Ratu Atut merupakan anak dari sang jawara Banten bernama Chasan Sochib.
Nama Chasan sudah moncer dari zaman Orde Baru. Pada 1967, Chasan sudah menjadi penyuplai kebutuhan logistik tentara Divisi Siliwangi.
Setelah itu, jawara Banten ini kerap memenangi kontrak proyek pembangunan pasar dan jalan di Banten.
Chasan juga ditetapkan sebagai pemimpin tak formal yang berafiliasi dengan Golkar.(dikutip dari indeksnews.com)
Baca Juga: Pungutan Ala Komite di SMAN.4 Payakumbuh Tak Tersentuh Hukum?