Exclusive Content:

2 Pelaku Penyalahgunaan Narkotika Jenis Sabu Diamankan Polres Pasbar

Dua pelaku penyalahgunaan narkotika jenis sabu, berkat adanya informasi...

Hasil Polling Pilkada 50 Kota: Paslon Urut 2 Salib Paslon Urut 3 dan 1

LHasil polling sementara Bupati – wakil Bupati Limapuluh-kota Paslon...

Pemdes Cinta Asih Bangun 2 Unit Sumur Untuk Penuhi Kebutuhan Warga

Pemerintahan Desa (Pemdes)  Cinta Asih Kaecamatan Air Rami di...
BerandaNASIONALDari Ende, LaNyalla Gelorakan Indonesia Kembali ke Pancasila

Dari Ende, LaNyalla Gelorakan Indonesia Kembali ke Pancasila

Author

Date

Category

 

ENDE – SuaraIndonesia1, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengajak Indonesia untuk kembali ke Pancasila. Ajakan itu disampaikan di Ende, Nusa Tenggara Timur, saat menyampaikan pidato Simposium Pembumian Pancasila, Senin (30/5/2022).

“Mari kita bertekad. Dari Ende kita gelorakan, Indonesia harus kembali kepada Pancasila. Bahwa kami Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan model baru melalui sistem Liberalisme dan Kapitalisme. Sekali layar terkembang, surut kita berpantang,” tuturnya.Ende

Senator asal Jawa Timur itu optimistis Indonesia akan selamat dan berjaya kembali jika kembali kepada sistem yang digali oleh para Pendiri Bangsa. Sebaliknya, kita jangan menjadi bangsa yang durhaka kepada para pendiri bangsa.

Baca: LaNyalla Uji Peserta Simposium dengan Lima Pertanyaan Kondisi Pancasila

Menurutnya, konsistensi bangsa dan negara ini dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila yang digali Bung Karno di Kota Ende semasa pengasingan Proklamator tersebut patut menjadi pertanyaan.

Padahal kita semua tahu, bahwa Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia. Apalagi Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan agama apapun. Bahkan Pancasila menempatkan Ketuhanan sebagai sila pertama.

“Pertanyaannya, apakah bangsa dan negara ini masih konsisten menjalankan Pancasila sebagai way of life? Apakah sistem Demokrasi kita dan sistem Ekonomi kita hari ini masih bersumber dari Pancasila? Mari kita jawab dengan jujur dan fakta,” katanya.

LaNyalla menjelaskan, permasalahan ini terjadi karena sejak Amandemen Konstitusi tahun 1999 hingga 2002 Indonesia telah mengubah secara total sistem tata negara.

“Amandemen telah mengubah lebih dari 90 persen isi dari Pasal-Pasal di dalam UUD 1945 naskah asli. Dari semula Demokrasi Pancasila dan Ekonomi Pancasila, telah berubah menjadi Demokrasi barat yang liberal dan ekonomi yang kapitalistik,” katanya.

LaNyalla menambahkan, dari Amandemen tersebut, kekuasaan yang besar diberikan kepada Partai Politik. Sehingga elemen-elemen Non-Partisan, termasuk unsur Golongan-Golongan sebagai bagian dari pemilik kedaulatan telah kehilangan perannya.

“Akibatnya, sekarang hanya Partai Politik yang menentukan arah perjalanan bangsa. Karena hanya Partai Politik yang bisa mengajukan dan mengusulkan calon presiden yang harus dipilih oleh rakyat,” katanya.

Tidak itu saja, Partai Politik melalui Fraksi di DPR juga yang membentuk Undang-Undang bersama Pemerintah yang hasilnya mengikat seluruh warga negara untuk tunduk dan menjalankan.

Sistem perekonomian nasional juga sudah berubah. Sistem ekonomi Pancasila, yang memisahkan dengan jelas antara Koperasi usaha rakyat, BUMN serta Swasta, dibuah menjadi ekonomi liberal kapitalistik.

“Cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang, perlahan tapi pasti telah dimasuki oleh swasta yang berkolaborasi dengan Asing. Sehingga apa yang kita lihat dan rasakan belakangan ini, semua seperti berjalan suka-suka. Aturan yang tidak sesuai, diganti. Undang-Undang dikebut cepat untuk disahkan, tidak peduli meskipun masyarakat menolak,” katanya.

LaNyalla menegaskan, inilah yang kerap ia sebut bangsa yang telah durhaka kepada para pendiri bangsa.

“Oleh karena itu, saya berharap Gerakan Pembumian Pancasila harus melakukan upaya untuk mengembalikan Pancasila sebagai falsafah sekaligus landasan dasar kita dalam berbangsa dan bernegara,” katanya.

Menurutnya, tanpa itu bangsa ini akan semakin jauh meninggalkan cita-cita para pendiri bangsa. Dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak akan pernah terwujud.

Sebab, mazhab Liberal Kapitalis jelas memberi peluang seluas-luasnya kepada kekuatan modal dan kapital yang dimiliki segelintir orang untuk mengontrol dan menguasai kekuasaan.

“Karena itu kita harus menyadari kekeliruan kita sebagai bangsa. Kita harus kembali membumikan Pancasila. Indonesia harus berdaulat atas apa yang terkandung di dalam bumi, air, udara dan semua kekayaan alamnya. Tanpa kedaulatan, kita hanya akan menjadi negara yang diatur dan dikendalikan oleh negara lain. Dan pada akhirnya,
kekayaan negara ini akan dikuasai oleh segelintir orang, baik itu bangsa
kita sendiri maupun bangsa asing,” katanya.

Sementara Wakil Bupati Ende Erikos Emanuel Rede, menyambut baik hadirnya tokoh-tokoh nasional seperti LaNyalla.

“Hadirnya tokoh nasional seperti Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, membuktikan kepedulian pejabat pusat terhadap Ende. Mereka bukan hanya melaksanakan kegiatan peringatan hari lahir Pancasila, tapi juga pengakuan terhadap Ende sebagai Kota Pancasila,” katanya.

LaNyalla hadir bersama Anggota DPD RI asal NTT Hilda Manefa, Asyera Wundalero, Angelius Wake Kako, Senator Sulsel Andi Muh Ihsan dan Senator Maluku Utara Matheus Stefi Pasimanjaku serta Staf Khusus Ketua DPD RI Sefdin Syaifudin, Kepala Biro Pimpinan DPD RI Sanherif Hutagaol dan Staf Ahli Ketua DPD RI Baso Juherman.

Sementara dari Gerakan Pembumian Pancasila (GPP) hadir Ketua Dewan Pengurus Pusat Andrianus Manurung, Ketua GPP Ende Haribertus Gani dan Staf Khusus Kepala BPIP Romo Benny Susetyo. (*)

*BIRO PERS, MEDIA, DAN INFORMASI LANYALLA*
www.lanyallacenter.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Linda Barbara

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum imperdiet massa at dignissim gravida. Vivamus vestibulum odio eget eros accumsan, ut dignissim sapien gravida. Vivamus eu sem vitae dui.

Recent posts

Recent comments