Penulis : Marta Wibawa
Suaraindonesia1 – Bandung, Mungkin banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal tokoh kepariwisataan nasional yang unik ini, karena selama ini banyak dikenal sebagai pakar di bidang yang lain.
Memang tidak salah untuk menggambar sosok yang multy skill ini karena memiliki beberapa keahlian di bidang yang berbeda – beda. Bukan sekedar pengetahuan atau teorinya saja, tetapi beliau juga kaya akan pengalaman lapangan.
Bahkan di bidang kepariwisatan sudah memiliki ketertarikan sejak duduk di bangku sekolah dasar, dimana saat itu sering mengajak temen – temennya untuk memasuki hutan – hutan belantara yang berada di sekitar desanya.
Baca: Kesiapan Pendistribusian Logistik Pembangunan IKN, Kapolda Kaltim Cek Pelabuhan PT.IHM
Mengajak merenung dan menikmati keindahan alam yang terjemahkan ke dalam bentuk syukur untuk senantiasa menjaga dan melestarikan alam.
Ketertarikan pada alam ini semakin tersalurkan ketika memasuki sekolah lanjutan di SMAN 1 Tasikmalaya lewat unit kegiatan siswa yang bernama Philosof Pecinta Alam (Phipetala) asuhan seniornya Kang Iwa dan Kang Asep Jauhari. Tentu saja lembah dan bukit serta hutan belantara ia jajagi dan hidup di hutan – hutan dengan teknik survival-nya.
Sebuah ilmu yang sejatinya melatih kemampuan untuk bertahan hidup di tengah serba keterbatasan, yang menjadi dasar filosofis kemandirian dan ketangguhan untuk bisa survive dalam kondisi apapun.
Sosok tersebut bernama Dede Farhan Aulawi anak kelahiran Tasikmalaya pada tanggal 27 April 1970. Ayahandanya bernama KH. Imam Burhanuddin, SH (Alm) seorang ulama dan dosen yang disegani di Tasikmalaya. Sementara dari darah ibunya Ny. Yetty Nurhayati (Alm) mengalir darah seorang pebisnis di bidang konveksi.
Kombinasi genetis dari multi bidang ini yang akhirnya melahirkan visi multy talent-nya, ditambah kemauan untuk selalu belajar apa – apa yang belum diketahui menjadikannya manusia yang menguasai beberapa disiplin ilmu.
Selama di Tasikmalaya pernah mengikuti pendidikan di SDN Kalangsari II, SMPN 2 dan SMAN 1. Paralel dengan pendidikan di sekolah umum juga mengikuti pendidikan di sekolah agama, ataupun mengikuti pesantren kilat saat libur sekolah.
Pendidikan karakter dibentuk secara berimbang dalam mengasah kadar intelektualitas dengan tetap teguh untuk terus mengasah kepekaan spiritualitas.
Di saat yang bersamaan, orang tuanya juga menekankan untuk mengikuti beberapa kursus keahlian lainnya seperti mengetik, bahasa Inggeris, pidato, matematika, dan lain – lain. Pendidikan dan pembinaan karakter yang kuat sejak awal membuat dirinya menjadi manusia tangguh dan terbiasa untuk melakukan sesuatu secara paralel dalam beberapa bidang.
Setelah kuliah di PMS ITB jurusan Foundry Engineering – Bandung dengan segala keterbatasan yang ada karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia sejak masih duduk di bangku SMA, tidak pernah mampu menyurutkan semangatnya untuk tetap paralel melakukan banyak hal di waktu yang bersamaan.
Baik kuliah, bekerja, aktif berorganisasi, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Dari berbagai jaringan yang terbentuk, terbukalah jalan dan kesempatan ke berbagai bidang secara lebih luas untuk mengenal Indonesia secara utuh dari kota Sabang sampai kabupaten Merauke.
Apalagi ketika mulai bekerja di IPP PT. Pupuk Kaltim Bontang pindah ke PT. IPTN tahun 1993, wawasan dan cakrawala pandang kehidupannya semakin luas.
Di samping itu secara paralel ia juga tercatat sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta, serta menjadi konsultan SDM dan Teknologi serta giat mengembangkan koperasi di tanah air serta penggerak kelahiran wirausaha dan UMKM di Indonesia.
Di setiap ada celah waktu longgar, ia selalu menyempatkan untuk aktif berkegiatan di bidang pengembangan kepariwisataan Indonesia. Apalagi kalau ada penugasan atau training ke luar negeri, setelah tugas pokoknya selesai ai selalu menyempatkan untuk mengikuti pendidikan singkat alias kursus kepariwisataan yang ada di kota tersebut.
Lihat saja pengalamannya dalam mengikuti pelatihan atau kursus di Scandinavia Tourism Security, Stockholm Tourism Board – Sweden; Human Resources in Tourism Industry, Tokyo Business School, Japan; Aviation Safety & Security, EASA – Netherland; Hospitality Management Studies, University of Hertfordshire, UK; Development of The Tourism Industry, Curtin University, KL – Malaysia; Professional and Effective Tourism Marketing,
Department of Tourism, Manila – Philippines; Skills Development in Tourism Security Program, Thompson Rivers University, British Columbia – Canada; Designing Tourism Workforce Development, Asia Odyssey International, Beijing – China; Strategic Studies,
Victoria University of Wellington, New Zealand; Sustainable Travel & Tourism, Institute of Tourism Studies, Paris – France; Global Tourism Development, Eynesbury College, Australia; Tourism, Hospitality, and Event Management, University of Florida, USA; dan banyak lagi kursus lain yang pernah diikutinya.
Bukan itu saja, ia juga pernah mengikuti studi lapangan tentang tata kelola objek wisata air terjun di Air Terjun Victoria yang berlokasi di perbatasan dua negara, Mosi-oa-Tunya National Park, Zambia, dan Victoria Falls National Park, Zimbabwe. Air Terjun Danau Plitvice di Kroasia, Eropa Timur. Air Terjun Niagara di Toronto Kanada.
Kemudian juga mempelajari tata kelola objek wisata berupa danau di Plitvice Lake – Kroasia, Ratti Gali, Azad Kashmir – Pakistan, Green Lake – Australia, Berryessa Lake – California, dan Five Flower Lake di China. Kemudian belalajr tata kelola objek wisata pantai ke Playa de Ses Illetes Balears –Spanyol, White Beach Boracay – Filipina, Palombaggia Beach – Prancis, dan Psarou Beach Mykonos – Yunani. Dilanjut dengan mempelajari tata kelola pulau wisata ke Senja Island- Norwegia, Kauai- Amerika Serikat, Palawan- Filipina, dan Jura- Skotlandia. Dan tentu masih banyak lagi pengalaman belajar dan mengajar di bidang kepariwisataan.
Merujuk pada pengetahuan dan pengalaman bidang kepariwisataan yang seabreg tersebut barangkali orang yang tahu akan membayangkan jika mengundangnya pasti membutuhkan bayaran yang mahal. Namun, jauh api dari panggangnya sosok yang ramah dan rendah hati ini sering berkunjung dan mengajar di saung atau balai desa tanpa memungut bayaran serupiahpun. Bahkan tidak pernah meminta sekedar ganti bensin atau uang tol. Sungguh sebuah pengabdian dan dedikasi kepariwisataan yang luar biasa.
Apalagi ketika dirinya mengharuskan tidur di rumah penduduk atau bahkan di saung – saung pedesaan dengan alas tikar apa adanya, tidak akan ada yang mengira bahwa dia merupakan salah satu sosok pejabat negara yang tidak terlihat. Kemudian saat kunjungan ke daerah atau ke desa – desa dia tidak pernah menggunakan fasilitas negara karena menganggap bahwa fasilitas negara hanya untuk kegiatan kedinasan saja.
Dia sosok yang terbiasa berkumpul, duduk dan makan alakadarnya secara bersama – sama, tanpa pernah membuat sekat pembatas siapa dirinya. Sungguh sebuah sosok panutan yang penuh ketauladanan. Sebuah sosok yang sangat langka di zaman yang serba materialistik ini.
Inilah sosok yang sangat diharapkan dapat menginpirasi orang – orang yang merasa menjadi tokoh nasional saat ini. Dialah sosok tokok pariwisata Indonesia sejati yang telah mengabdikan hidupnya selama 33 tahun tanpa pamrih dan tanpa tanda jasa.
Terima kasih pak Dede Farhan Aulawi. Biarkan anak dan generasi muda bisa mengenang dan meneladani jejak perjuangan dan pengabdianmu selama ini. Meskipun tinta sejarah dan lembaran negara tidak mencatat namamu, tetapi ilmu yang kau sebarkan dan dibagikan dengan ikhlas dan bermanfaat akan senantiasa menjadi saksi amal sholih yang akan tetap mengalir meskipun engkau telah tiada.