SuaraIndonesia1, Samarinda, – Suara teriakan minta tolong memecah keheningan siang itu Tikam adik ipar hingga tewas Jalan Adam Malik 2 Gg Al Amri Rt 03 No, 59, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Jumaat (4/3/2022) sekira pukul 15.20 Wita.
Diduga gegara Tak terima dinasihati, adik ipar dii tikam hingga tewas menjadi pemicu pertengkaran antara Bambang Haryanto (25) dan Muhammad Fadilah (31), hingga tewas, yang tepatnya di sebuah bangsal.
Dari keterangan istri korban, Eka (33) jika antara korban dan pelaku tidak memiliki permasalahan yang serius.
“Katanya dendam, kenapa saya yang kerja bukan korban, dan dia (korban) nasihatin si pelaku, padahal dia sendiri gak bener (tidak kerja), tidak menjadi kepala keluarga yang baik gitu katanya,” ungkapnya saat ditemui di kamar jenazah RSUD AW Sjahranie, Sabtu (5/3/2022) hari ini.
Baca: Komunitas Pengemudi Online Maxim, Gelar Bakti Sosial kepada Korban Banjir di Manado
Makanya, dia emosi, karena gak ada masalah serius,” sambungnya.
Saat ditanya, bagaimana awal dirinya mengetahui kejadian tersebut, Eka menyebutkan saat itu dirinya didatangi oleh anak gadisnya tersebut, di tempat kerjanya (pabrik roti) tak jauh dari bangsal mereka tinggal.
Saat kejadian posisi saya lagi kerja, anak saya datang teriak-teriak bapak dibunuh paman, ya saya langsung histeris dan syok dengarnya.
Kemudian, saya pulang lihat tangan adik saya Rama (Ramadhan) sudah berdarah, makanya gak berani mau masuk ke dalam, bilang dia juga mau diserah mau coba bantu ambil pisaunya, tapi tidak bisa makanya takut langsung keluar,” bebernya.
Ia pun mengaku jika mendapatkan cerita soal pertengkaran korban dan pelaku dari sang anak, yang saat itu memang sedang berada di rumah, dimana awalnya hanya bertengkar mulut tak lama terdengar suara gaduh.
“Jadi, anak saya ini lihat kejadiannya bapaknya dipukul pakai palu sampai lepas gagangnya, baru ditusuk, saat itu sempat disuruh pergi sama bapaknya, makanya dia lari kasih tahu saya ke pabrik,” ungkapnya.
“Sedangkan Ramadhan ini posisi lagi keluar beli telur sama mie, pas datang dengar suara ribut, karena keluarga makanya dia masuk, itu sudah ada warga diluar, mau diambil pisaunya sama Rama, gak bisa tanyanya malah robek kena pisau, dia juga takut makanya keluar,” sambungnya.
Eka pun menceritakan jika sebelum kejadian, dirinya masih berbicara dengan suaminya itu melalui ponsel dan chating melalui WhatsApp.
“Kalau gak salah setengah jam sebelum kejadian, itu waktunya singkat makanya saya syok banget.
Dan chat terakhir dia bilang ‘bulan ini terakhir ya, mau kerja betul-betul, karena bulan depan kerjanya sudah normal lagi’,” tuturnya.
Dan selama berumah tangga dengan sang suami pun ia mengaku tetap menerima kondisi sang suami yang bekerja serabutan sebagai buruh ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TKP) Selili.
“Suami saya ini kalau marah ya ngomong saja, teriak-teriak, tetapi tidak pernah main tangan,” terangnya.
Sementara, adiknya Bambang, memang selama ini tinggal di Banjarmasin bersama sang ibu, tetapi datang ke Samarinda akhir Februari lalu.
“Dia datang gak pernah tinggal, singgah saja, disuruh tinggal disini sama korban tidak mau, jadi ya tidur gak tahu dimana. Juga dia punya masalah ambil handphone orang di banjar lari kesini, ya mungkin karena pengaruh lingkungan juga kali ya, labil anaknya,” pungkasnya. (bbm)