Kodi Utara – Suaraindonesia.id, seorang guru yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP Solid) salah satu sekolah Swasta di Wilayah Kabupaten Sumba barat daya, Nusa Tenggara Timur belum mendapat gaji sampai dengan 36bulan . Inilah nasib guru honorer dan Guru tenaga Kontrak Daerah
Guru adalah penentu keberhasilan generasi tunas bangsa. Guru satu-satunya orang yang dapat mengubah nasib anak bangsa. Pahlawan tanda tanda jasa.
Begitu yang orang-orang katakan ketika memuji pengorbanan seorang guru. Sungguh luar biasa. Sebuah gelar mulia yang didapat jika menjadi seorang guru.
Melalui profesi guru, semua profesi dapat tercipta. Siswa yang berhasil menjadi seorang dokter yang hebat, dilahirkan dari seorang guru yang hebat pula.
Siswa yang berhasil menggemparkan dunia dengan penemuan yang hebat, dilahirkan juga dari seorang guru yang hebat.
Baca: KKB Kembali Beraksi di Kabupaten Puncak, Satu Orang Anggota TNI Tertembak
Tentang apa-apa yang keren di dunia ini, bukannya hasil pemikiran orang yang pernah terdidik? Bahkan pepatah pun ikut memuliakan seorang guru.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan, guru itu bagaikan lilin, ia rela membakar diri agar bisa menerangi jalan orang lain.
Ini artinya, guru sampai rela mengorbankan dirinya hanya untuk murid-muridnya bisa memiliki ilmu pengetahuan. Sudah rela menjadi lilin tapi pada akhirnya bikin prihatin. Profesinya dianggap penting tapi upah gajinya seperti orang yang tidak penting.
Namun, sungguh miris nasib guru saat ini, terutama guru honorer. dan kontrak Daerah Digaji tidak sepadan dengan beban pekerjaannya. Alih-alih dibayar sesuai dengan kinerjanya, dibayar terlambat atau tidak dibayar pun masih ada.
Sudah dianggap penting, sudah seyogianya guru mendapatkan penghargaan yang setinggi-tingginya. Namun terkadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Nyatanya hari ini nasib guru-guru honorer di negeri kita ini, bikin guru menangis darah.
Ketika di Konfirmasi Guru-Guru pada (9/11/2022), alasan kebijakan tersebut ialah lantaran sistem pengupahan yang tidak jelas bahkan di bawah 3 tahun tak di uapah oleh Kepsek Marselinus Lota Nduhu,S.Pd
tahun 2020 saja sudah banyak permasalahan negeri ini yang buat masyarakat menjerit. menginginkan tenaga yang profesional, pada kenyataannya hari ini upah guru honorer saja masih sulit untuk dibayarkan?
Relevan dengan pendapat ini, saya menemui Sejumlah guru-Guru di salah satu Sekolah Swasta Tak terbayangkan oleh Mereka , betapa tabahnya guru ini. Ujian hidupnya sungguh luar biasa.
Saya salut. Sehat-Sehat ya Bapak Ibu Guru yang sedang berjuang mencerdaskan anak bangsa meski upah yang belum dibayarkan oleh Pimpinan Kepala Sekolah Masa Kepemimpinan Marselinus Lota Nduhu, bikin hati tersiksa.
Gaji 36 bulan belum dibayar-bayar juga tetapi karena panggilan jiwa, mengajar tanpa dibayar pun masih ada guru yang ikhlas melakukannya.
( menginformasikan bahwasanya seorang guru honorer yang mengajar di SMP SOLID KODI UTAR , Nusa Tenggara Timur belum mendapat gaji sampai dengan 36 bulan. Inilah nasib guru honorer.
Saya khawatir semakin kesini, jika hal ini terus dilakukan sampai pada tahap percontohan sehingga menjadi hal yang lumrah jika dilakukan. Bisa saja generasi bangsa kita pada tidak tertarik menjadi seorang guru. Kenapa bisa begitu?
Saya rasa di Dunia ini tidak ada orang yang mau menawarkan dirinya bekerja keras tanpa dibayar sepeser pun. Lantas jika ini terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab mendidik anak bangsa? Mungkinkah seorang terkenal Menahan Gaji/Hak- yang akan mendidik anak bangsa?
Saya pikir jika pertanyaan ini saya ajukan, meskipun keadaan ini belum tentu terjadi, orang tua mana yang ikhlas menyekolahkan anaknya pada sembarangan orang? Orang tua mana pun pasti menginginkan anaknya dididik oleh guru yang hebat, guru yang menginspirasi, guru yang keren dan segala macam permintaan orang tua pada guru.
Lalu apakah guru relawan yang diidolakan anak bisa mewakili peran seorang guru jika nantinya guru tidak ada? Miris. Namun inilah yang terjadi di tengah kehidupan kita.
Dimana guru dibayar
dengan bayaran yang termurah bahkan tidak dibayar agar bisa membentuk anak-anak yang cinta ilmu pengetahuan.
Ini baru salah tugas seorang guru, belum lagi tuntutan yang lainnya. Sungguh mulia hati sang pahlawan tanpa tanda jasa. Boro-boro memikirkan gaji setiap bulan, hanya sekadar melihat perubahan karakter dan akhlak pada siswa yang diajar, rasanya sudah sangat luar biasa. Dunia sudah terbalik.
Akan datang suatu masa manusia bisa dikendalikan oleh sebuah robot. Akan tiba suatu masa segala kebutuhan hidup manusia bisa dipenuhi cukup dengan memiliki robot. Akan datang suatu masa dimana pekerjaan seorang guru dibayar murah dianggap biasa sedangkan menjadi seorang guru tenaga Relawan ngetop dibayar penderitaan yang tersiksa dianggap hal yang wajar.
Dari kenyataan ini, sangat mudah untuk kita pahami bahwa dunia pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja. Kita berada di fase dimana tekhnologi canggih bisa merusak kepribadian anak.
Lalu bagaimana ilmu itu mau berkah di negeri yang kita cintai ini , jika masih banyak kedzaliman dimana-mana. Bagaimana pendidikan mau maju, jika guru saja tidak dihargai pengorbanan dan jasanya mendidik generasi bangsa?
Pendidikan adalah tolak ukur suatu kemajuan bangsa. Ketika pendidikan di suatu negara kurang berkualitas, maka sekolah akan melahirkan para generasi yang bisa merusak nama baik bangsa. Berkaca pada pendidikan pada masa guru menjadi sosok istimewa.
Jika tak bisa membantu orang lain maka jangan tambah-tambah lagi kesusahannya. Jika tak bisa menghilangkan kesedihan orang lain maka jangan buat ia semakin menderita. Jika ingin mau dihargai orang maka hargai juga orang lain.
Untuk itu bayarlah gaji seorang guru sebelum keringatnya kering. Permudahlah urusan guru honorer . Jangan persulit orang lain kalau ingin Tuhan tidak mempersulit urusan hidup kita di Dunia maupun di Akhirat, (Liputan Tibo Suaraindonesia1).