Rimbodata I suara Indonesia – Apakah BPJS bagi Puskesmas Pangkalan dibutuhkan hanya sekedar untuk cairkan uang negara? Begitulah pertanyaan yang terkesan timbul dalam benak Firdaus. 46 tahun. Warga Tanjung Bolik Kecamatan Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota.
Pasalnya pelayanan pihak Puskesmas Pangkalan Kabupaten Limapuluh kota, terhadap ibunya Nurjalismar 67 tahun yang sakit perut parah, disikapi acuh tak acuh.
Buruknya pelayanan yang diberikan Asn kesehatan yang bertugas Puskesmas Pangkalan Kabupaten Limapuluh kota, membuat Nurjalismar ibu Firdaus lambat tertolong. Setelah 13 jam merintih di Puskesmas setempat akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di RS Adnan WD Payakumbuh pada pukul 05.00 dinihari .
Sejak dibawa ke Puskesmas Pangkalan pada pk. 07.00 Wib/pagi, baru ditangani pada pk. 10.00 Wib. Itupun setelah 3 kali ditelpon. Dokter Devi Prengki, yang diharapkan datang untuk mengobati pasien, tidak kunjung datang. Karena tidak tahan atas pelayanan pihak puskesmas.
Firdaus dan keluarganya mengambil inisiatif memindahkan orang tua kami ke RS Adnan WD Payakumbuh. Di sana baru ada perawatan medis yang memadai. Karena sudah belasan jam didera sakit, orang tua kami akhirnya tidak tertolong juga, ungkap Firdaus.
Saat di Puskesmas Pangkalan Kabupaten Limapuluh kota, ibunya kata Hidayat anak alm Nurjalismar, hanya dipasangkan infus, tanpa dikontrol pihak perawat. Dan yang lainnya hanyalah diberi minyak angin. tutur firdaus di sela tangisnya menahan geram.
Bagaimana kami tidak kecewa? Kalaulah dari awal dia mengatakan bahwa tidak sanggup merawat ibu kami. Barangkali ibu kami masih bisa tertolong di Adnan WD..
Tapi pihak Puskesmas Pangkalan seolah olah mempermainkan kami rakyat jelata ini. Bahkan setiap kami minta petugas untuk memeriksa kondisi orang tua kami, perawat hanya bilang agar kasih saja balsem atau minyak angin. Apakah begitu pelayanan yang pantas bagi anggota BPJS? tiru Yoga. Cucu Nurjalismar yang seharian menunggui nenek ini di Puskesmas tersebut .
Melihat perawat yang sombong dan acuh tak acuh itu, hati saya sakit. Tapi bagaimana lagi, kami butuh pertolongan. Namun sejak pukul 10 pagi sampai jam 9 malam. Belum juga ada pertolongan obat. Dan juga tidak ada dokter yang datang menangani. Hanya infus dan minyak angin itulah yang didapat. Tentu saja kami tambah panik melihat sakit ibu kami yang kian parah .
Bahkan saya juga menghubungi Abang saya Edi Anwar Asfar di Payakumbuh, Tujuan saya agar dapat menghubungi pihak terkait supaya ada pertolongan dokter untuk orang tua kami. Karena pihak perawat, saat kami menanyakan di mana dokter, dia tidak menjawab. Bisa saja karena dia takut pada dokter yang jadi atasannya. Makanya menyuruh kami terus mengoleskan minyak angin.
Tentang upaya yang dilakukan Edi Anwar Asfar saat kami tanya. Dia mengatakan telah mencoba menghubungi kepala Dinas Kesehatan kabupaten Limapuluh kota, dr. Adel Noviarman, tapi saat ditelpon Kepala Dinas tidak mengangkat telpon dan wa juga tidak di balas.
Akhirnya saya menghubungi Bupati Kabupaten Limapuluh kota. Syafaruddin Dt Bandaro Rajo tapi juga mendapat respon yang sama. telpon tidak di angkat dan wa juga tidak dibalas, kata Edi Anwar, kecewa.
Sampai saat ibu Nurjalismar telah di kebumikan, namun wa dan telpon saya belum juga dapat respon dari Pejabat tersebut. tutur Pemred Media Redaksi satu. id. Ini sambil menunjukkan wa yang dikirimnya itu kepada awak media.
Saat suasana balik mudik begini, hendaknya pihak rumah sakit dan puskesmas meningkatkan siaganya. Bukan malah dokter meninggalkan rumah sakit dalam kondisi sekarang. Karena masyarakat yang sakit, atau kecelakaan lalu lintas, jelas banyak terjadi sekarang. Ini tentu butuh pelayanan medis. Jika lalai begitu, bisa saja nyawa mereka tidak tertolong. Tukas salah seorang tokoh masyarakat Rimbo data, ikut kesal. ( Alen )