Exclusive Content:

Kisah Nelayan, Diduga Dinas Perikanan dan Pangan Patok Uang Rp.10 Juta

Kisah seorang nelayan bernama Indra, yang merupakan tulang punggung...

Pj Bupati Bogor Tampung Aspirasi Masyarakat Dramaga

Pj Bupati Bogor, Bachril Bakri, melakukan kunjungan kerja ke...

DPO Tersangka Korupsi di Dinas PUPR Pasbar Ditangkap

DPO Korupsi Lapangan Tenis Indoor Pasbar, Riko Antoni yang...
BerandaARTIKELMuhammad SAW, Ketika Ramaja dan Relevansinya Hari Ini

Muhammad SAW, Ketika Ramaja dan Relevansinya Hari Ini

Author

Date

Category

Orang tua Nabi Muhammad SAW, merupakan manusia yang memiliki karakter baik, yang mana Abdullah dan Siti Aminah, pasangan suami istri yang tidak pernah ikut trending masyarakat jahiliyah ketika itu.

Sebagaimana tradisi masyarakat jahiliyah, di antaranya  merampok, mabuk-mabuk, perzinaan, pemerkosaan, disparitas natar kelas sosial dan lain sebagainya.

Allah menitipkan Muhammad kepada Abdullah dan Siti Aminah merupakan sebuah keniscayaan, karena dua orang tersebut boleh dikatakan oleh sholeh dan sholehah pada masa itu.

Faktanya, sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Jauzi bahwa, suatu ketika Abdullah melewati Perempuan yang teramat cantik, muda, terpelajar dan bahkan banyak membaca buku, perempuan itu bernama Fathimah binti Murr.

Kemudian Perempuan tersebut mengajak berzina dengan Abdullah, tetapi Abdullah menolaknya dengan tegas.

Selanjutnya, Muhammad adalah Nabi penutup dari segala Nabi yang membawa risalah dari Allah SWT, tentu kemungkinan besar mendapatkan hidup yang mudah dalam segala hal, karena dilindungi langsung oleh Allah SWT.

Namun, jauh dari pada prasangka tersebut, melainkan Rasulullah mendapatkan berbagai macam cobaan dalam hidupnya sampai beliau diangkat menjadi Rasulullah.

Adapun cobaan yang dirasakan Rasulullah SAW, dimulai dari sejak kecil, yang mana Muhammad ketika dalam kandungan 2 bulan, ayahnya Abdullah meninggal dunia, umur 6 tahun ia pun kehilangan ibunya.

Setelah itu beliau di asuh oleh pamannya Abu Thalib, yang mana Abu Thalib itu sendiri hidup dalam serba kekurangan.

Kehidupan Abu Thalib serba kekurangan mengharuskan Muhammad untuk membantu perekonomian Abu Thalib dengan bekerja penggembala Kambing.

Kemudian ketika Muhammad SAW, berumur 12 tahun juga pernah bekerja berniaga atau berbisnis, dan menjadi karyawan terpercaya bagi Siti Khadijah.

Selain itu, Muhammad waktu kecil juga pernah dijuluki Al-Amin yang artinya dapat dipercaya, beliau berhasil memecahkan masalah, atau mencari jalan solusi dari perdebatan kaum kafir Quraish.

Muhammad sangat dipercaya ketika itu ketika para pedagang menitipkan barang dagangan.

Kisah Muhammad di  atas memberikan penjelasan kepada kita semua bahwa, Muhammad bukanlah orang yang dimanjakan, tetapi manusia yang penuh dengan dialektika perjuangan, meskipun seorang Nabi dan Rasul utusan Allah SWT.

Kisah ini juga Allah SWT, hendak menunjukkan kepada kita semua bahwa tidak ada perbedaan antara manusia biasa dengan Nabiyyallah, karena semuanya diberikan oleh Allah SWT, tantangan hidup jika ingin menggapai sebuah keberhasilan.

Muhammad waktu kecil hendaknya juga bisa diterapkan kepada remaja hari ini. Adapun yang mesti dipelajari dari perjalanan hidup Muhammad mencakup dialektika kehidupan, perjuangan dalam mengembangkan ajaran Islam dan suri tauladan di dalam hidup bermasyarakat.

Hal ini sangat berbanding terbalik terhadap perilaku remaja masa kini, yang mana hidup dihadapi dengan pragmatis, sehingga hilang nilai-nilai perjuangan dan proses dalam pendewasaan diri.

Seterusnya, pada zaman sekarang para remaja tidak lagi menapaki jalan yang terjal sebagaimana yang dirasakan oleh Muhammad dalam menempa diri.

Seharusnya para remaja hari ini harus belajar berproses, menempa diri dan menghadapi dialektika dari berbagai macam masalah, dengan demikian para remaja akan tumbuh menjadi seorang manusia yang matang secara emosional dan pemikiran.

Sebagaimana dikatakan Ir. Soekarno jika seseorang ingin menjadi orang besar, maka seseorang harus terbiasa dengan tempaan-tempaan terhadap diri, dengan demikian akan menjadi seorang yang besar.

Hari ini tidak mungkin rasanya kita mengikuti sebagaimana dialektika Rasulullah pada zamannya dalam menjalani kehidupan.

Namun, orang tua bisa menciptakan dialektika dan proses untuk para remaja pecahkan dengan sendiri, sehingga tumbuh manusia-manusia yang cakap dalam kehidupan sosial.

Secara sederhana orang tua bisa menempa para remaja belajar dengan giat, profesioanal terhadap sesuatu, berusaha dengan sungguh menggapai cita-cita, dan lain sebagainya tergantung kebutuhan sikologi para remaja.

Selain itu, orang tua harus menciptakan permainan dan alternatif baru untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan globalisasi, sehingga lahir para remaja yang mampu beradaptasi dan selektif dengan segala macam perkembangan zaman.

Penulis: Muhammad Sabri (Kader Ansor Malin Deman)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Linda Barbara

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum imperdiet massa at dignissim gravida. Vivamus vestibulum odio eget eros accumsan, ut dignissim sapien gravida. Vivamus eu sem vitae dui.

Recent posts

Recent comments