Merangin. Suaraindonesia1.id. Proyek pembangunan jalan kabupaten tepatnya di wikyahak tabir barat, kab. Merangin, jambi. Menelan anggaran ratusan juta rupiah yang bersumber dari APBD Kabupaten Merangin tahun anggaran 2022 baru selesai dikerjakan beberapa Minggu ini. Yang dikerjakan oleh Rekanan, namun kondisi dilapangan sangat memprihatinkan.
Jalan tersebut sangat di butuhkan oleh warga Kecamatan Tabir Barat, jalan tersebut yang menjadi akses penghubung beberapa desa yang ada di wikalah Tabir barat menuju ke kota Kabupaten merangin. Namun proyek jalan tersebut yang mengunakan anggara ratusan juta, baru saja selesai dikerjakan sudah pada retak-retak.
Hal ini di ungkapkan oleh salah satu warga yang ada di kecamatan Tabir Barat, yang minta namanya di rahasiakan, menurutnya jalan tersebut adalah sebagai urat nadi perekonomian beberapa desa yang ada di wilayah tabir barat antaranya Desa Air Liki, Desa Air liki Baru, Deaa Ngaol, Desa Ngaol Ilir, Telentam, dan Desa Sungai Tabir.
Baca: Proyek Taman Dinas LH Milyaran Rupiah Dikerjakan Tidak Profesional.
Jika jalan tersebut tidak bisa di lalui maka ada 6 desa di kecamatan Tabir Barat yang akan terisolir. Dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Rekanan tersebut masyarakat setempat sangat merasa kecewa hasil pekerjaan tersebut, masyarakat berharap kontraktor bertanggung jawab dengan pekerjaan yang di kerjakan nya.
Menurutnya, pekerjaan yang dikerjakan oleh pihak rekanan seperti ini lah yang tertera di papan informasi.
□Kegiatan Rekontruksi Jalan
□ Pekerjaan Rekontruksi jalan Muara Kibul – Ngaol,
□ Nilai Kontrak Rp 497.740.000
□No kontrak 03/Kont/RJ/BM/DPUPR/2022
□Sumber Dana APBD Kabupaten Merangin
□Kontraktor Pelaksana CV Indika Purnama Jaya
□Konsultan Pelaksana CV Bakti Paramuda
“Kami berharap kepada pihak kontraktor dan Dinas terkait agar dapat bertanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakan nya, masak iya hanya dalam hitungan minggu selesai pengerjaan sudah banyak yang retak-reta, kami yakin kualitasnya tidak diperhatikan oleh pihak Kontraktor, aspal lama yg di kupas untuk penimbunan tidak di giling menggunakan bomak, mengakjbatkan menggagu kepadatan tanah, ketika terjadi hujan deras bergerak karena di resapin air. Jika di lewati mobil akan terjadi getaran sehinggal jalan menjadi patah- patah dan retak-retak.
Kami juga berasumsi pihak kontraktor semata-mata mencari keuntungan yang besar, dan tidak memikirkan kualitas yang di hasilkan, hal tersebut dapat masyarakat lihat hasil retakan pada badan jalan semakin bertambah setiap minggunya, dampak dari pekerjaan yang kami nilai asal-asalan. Merangin/Mulyadi &Tim/suaraindonesia1