Bitung – Suaraindonesia1, Perumda Pasar menggebrak Bunyi langkah terdengar berat menaiki setiap titian anak tangga kantor walikota, Siang itu, pertengahan agustus 2021. Langkah kaki itu milik Direktur Utama Perumda Pasar Harto Kahiking, Seorang politisi gaek kota cakalang.
Pria cekatan yang biasanya selalu bersemangat, kelihatan lesu saat bertemu kami pengurus Appsi Tahun 2021, diruang Sekda Kota Bitung, ketika itu. “Kelihatan mau ditunda lagi proses penyerahan aset pasar, dari dinas perdagangan pa torang (perumda)” keluhnya.
Sebaris kata keluhan Kahiking itu, menunjukan betapa kerasnya menembus jalur birokrasi pemerintah kota, yang baru berjalan beberapa bulan, pasca Pilkada.
Demi memuluskan pekerjaan pengelolaan pasar kota Bitung, dari Dinas Perdagangan kepada Perumda Pasar.
Bahkan Sekelas direktur utama sampai mengeluh. Padahal Perda Pendirian sudah ada sejak 2018 dan perangkat perusahaan resmi dilantik Walikota.
Menurut Kahiking kettika itu, sudah berkali-kali penundaan dilakukan dengan berbagai alasan, apakah dari dinas perdagangan ataupun protokol Sekda.
Baca: Ketua LPKNI : Pejabat Yang Susah Ditemui itu Lebih Baik Diganti Dengan Patung Lumba -Lumba Saja
Tetapi bukan Harto Kahiking namanya, jika akan menyerah dan membiarkan proses penyerahan aset perumda tersendat sendat.
Mantan Legislator Bitung 2 Periode itu, bersama Direksi melakukan berbagai upaya, (termasuk “ngamuk”). Akhirnya proses Penanda tanganan Berita Acara Serah Terima Aset dilakukan, agustus lalu Dan mulailah Perumda bekerja.
Sejak dilakukan penyerahan aset maka seluruh pasar resmi dikelola Perumda Pasar Kota Bitung.
Apakah segampang membalikan telapak tangan dalam mengelola? Tentu tidak.
Ibarat keluar dari mulut buaya, perumda akan masuk ke mulut singa.
Seluruh “orang bitung” mengetahui dengan jelas, pasar menyimpan segudang persoalan. Mulai dari persoalan lahan dan aset, premanisme, pungli merajalela, penataan yang buruk, kharakteristik pedagang, hingga sindikat pemerintahan yang mengambil untung dari pasar.
Ironisnya semua masalah ini sudah berlangsung bertahun-tahun, belum bisa diatasi pemerintahan2 sebelumnya.
Dibawah komando Dirut Harto Kahiking, Dirops Viktor Turambi dan Dirum Tasman Balak, Perumda Melangkah. Sebagai tahap awal, Eksistensi Perumda dikukuhkan disemua pasar.
Langkah taktisnya rebut kembali semua sumberdaya pasar, yang dikendalikan pihak lain.
Dan membuka akses kritikan dan masukan dari asosiasi pedagang dalam hal ini APPSI, untuk berkolaborasi.
Aspirasi Pedagang pasar didengar, otomatis seluruh informasi historis pasar akan dimiliki.
Selanjutnya menegakan aturan2 baru, yang dipelopori kepala unit pasar. Sebagai ujung tombak, para Kanit bukan dipilih sembarang.
Di otak Kahiking penempatan kanit akan menentukan terobosan Perumda ditahun pertama.
Widyaningrum Sumampouw kanit pasar Winenet. Menjadi pelopor tindakan perumda bersama aparat melawan pendudukan sepihak para ahli waris tanah tanpa proses pengadilan.
Sosok Wiwin selalu hadir bersama Dirum Tasman Balak seorang Marinir aktif, dalam momen2 perseteruan dengan kaki tangan pihak yang mengaku tuan tanah. Tidak ada kata mundur, bahkan dihadapan masa preman.
Alhasil pasar winenet bersih dari pendudukan sepihak.
Para pihak mengaku ahli waris mundur, dan hormati proses hukum. Bahkan Tim Sapu bersih pungli Polres berhasil memenangkan perkara pidana pungli dipengadilan tahap pertama.
Artinya winenet secara de facto pengelolaan Milik Pemerintah, lewat perumda.
Hal yang sama dikerjakan Dewi Mamonto, Kanit Pasar Cita.
Sosok aktivis ini, sudah sangat dikenal pedagang. Sebelum menjadi kanit, Mamonto sering menjadi alat advokasi. Sikap tegas memonto sudah beberapa kali dibuktikan dipasar cita.
Bukan hanya pedagang yang tidak taat aturan ditegasi, tetapi sejumlah monopoli kios dilokasi kanopi ditertibkan.
Tangan dinginnya menyelesaikan banyak persoalan. Tetapi ada pekerjaan rumah relokasi pasar cita, menyusul rencana pembangunan pasar modern.
Sementara Girian, ditangani Neldy Kalangi. Mantan aktivis 98 ini bukan kaleng2. Siapa tidak mengenal Kalangi.
Kanit pasar Girian asli pedagang dan tinggal didalam pasar. Bahkan rumahnya dijadikan kantor Unit Perumda. Penuh ide dan pergaulan luas. Kalangi memahami karakter pedagang dan para pemilik lahan di Girian.
Hanya pasar Sagerat yang memiliki dinamika internal. Ketika kanit pasar Yan Mantiri ditarik sementara waktu karena persoalan kios.
Sangsi sosial dan administratif diberikan sebagai wujud profesionalisme Perumda, dalam menyikapi persoalan.
Digantikan sementara oleh Kasie Kebersihan dan Ketertiban Olten Sikopong.
Tidak ada kekosongan, dan Perumda tetap bekerja. Setelah tidak ada pembuktian pidana, mantiri dikembalikan.
Sementara ruko dan pateten ditangani Brami Hasan. Sebagai kanit Ruko dan pulau lembeh Hasan sangat tepat.
Secara kultural Hasan dekat dengan pedagang dan masyarakat pasar.
Strategi Direksi efektif. Secara umum dalam 5 bulan eksistensi Perumda pasar mengakar.
Gebrakan2 perusahaan daerah ini, sangat fenomenal dalam menyelesaikan banyak masalah. Hantaman dari luar dan dinamika internal perusahaan mampu diredam Direksi dan Dewan Pengawas Frangky Ladi, Masri Kereh, dan Recky Gosal.
Pemikir dan konseptor sekelas Harto Kahiking, eksekutor lapangan sekelas Viktor Turambi, dan patriot negara sekeras Tasman Balak, efektif menghasilkan terobosan.
Namun Dibalik semua catatan impresif Perumda, masih ada sekelumit persoalan yang harus dibenahi. Penataan dan pemberdayaan pedagang belum tersentuh.
Masaalah hukum belum tuntas, dan pekerjaan rumah dipasar sagerat. Tetapi pembenahan membutuhkan waktu. Ukuran 5 bulan dengan hasil seperti yang dinikmati pasar saat ini, bisa menjadi harapan perubahan ditahun berikutnya.
Pedagang lewat APPSI menaruh harapan perubahan iklim berusaha. Semoga perahu besar “perumda pasar kota Bitung” dipundak sang kapten Harto Kahiking bisa mengarungi samudera dan sampai tujuan dengan sukses. Banyak pihak menaruh harap. (BERSAMBUMG)
(Aten SK)