Di tengah kesibukannya mengontrol usaha ternak ayam dan sapi , Safni Sikumbang (50 th ) membagi hari-harinya mengayomi para pedagang kecil di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak Riau. Pria 4 orang anak yang juga pengusaha Kebun sawit di Kecamatan itu, juga mengabdikan dirinya menjambangi kios dan lapak -lapak pasar miliknya yang ditempati secara gratis pedagang yang kurang beruntung.
Safni Sikumbang yang akrab dipanggil pak Mancakau itu, bagi Masyarakat Kandis tak ubahnya “orang tua bagi banyak orang”. Oleh Warga Kristiani, Mancakau diidentikan dengan sinterclas, yang murah hati. Lelaki yang terbilang kaya itu selalu berpenampilan sedernaha.
Lelaki suku Sikumbang asal Kecamatan Akabiluru Kabupaten Limapuluh Kota Sumbar ini “tempat mengadu bagi lapisan masyarakat kecil” setempat. Ia juga menjadi muara permintaan bantuan pelbagai ormas untuk membiayai aktivitas organisasi di sana. Demikian hasil liputan tim kerja media selama 3 hari , 25 – 27 Desember 2023.
Tidak mengherankan jika, banyak warga Kandis memposisikan Safni Sikumbang melebihi Bapak kandungnya. Seperti yang diungkapkan beberapa pedagang etnis Tapanuli kepada awak media di Pasar Minggu Senin kemarin,
“Saya akan memilih pak Mancakau dibanding bapak kandung saya“ ungkap Ahat Muda Hasibuan (68 th) . Pedagang ayam potong asal Rantau Parapat Sumut itu, menjelaskan Safni Sikumbang yang terkenal pengusaha terkemuka di Kandis itu, memiliki kepedulian terhadap siapa saja, tanpa membedakan suku dan agama.
Kepribadian Safni Mancakau, sulit tertandingi. Ia peka terhadap orang-orang yang dalam kesusahan. Seperti yang dialami Ahad hasibuan, “kenalpun tidak dengan dirinya, malah begitu mudahnya membantu kesulitan saya”. Kepribadiannya luarbiasa baik dan berbudi luhur. Sebagian besar pedagang di pasar Minggu milik Safni Mancakau ini mendapat bantuan dan pembinaan dalam berdagang. , tuturnya meyakinkan.
Karena bantuannyalah saya bisa berdagang dengan hasil yang lumayan dibanding sebelumnya, kata pedagang ayam potong yang sudah merantau 23 tahun di Kandis itu.
Ungkapan pujian tak kalah tingginya disampaikan Josua Fransisco Siregar. Pedagang Ikan asal Medan ini mengaku bahwa kehidupannya jauh berubah semenjak dibantu dan dibimbing Safni Mancakau. Katanya penghasilannya jauh meningkat, disebabkan pinjaman modal dan peroleh tempat berdagang secara gratis dari pak Mancakau. Perhatian Safni Sikumbang, katanya melebihi perhatian sanak saudaranya sendiri.
Selama dua tahun sejak pasar ini dibuka, penjualan ikannya mencapai Rp 7 sampai Rp 8 juta per hari. Penjualan sebesar itu baru dialaminya setelah dibantu dan dibimbing pak Mancakau. lelaki muda yang akrab dipanggil Jio Regar itu, mengaku bahwa pak Safni Sikumbang ini bak malaikat penolong orang susah di Kecamatan Kandis ini.
Kerendahan hati dan jiwa penolongn Safni Sikumbang bagi Jio, merupakan sosok yang sulit ditemui di zaman sekarang. Tidak jarang para pedagang terbirit-birit membantu pengusaha ternak ayam dan sapi itu, ketika ditemui tengah menyapu dan memungut sampah yang berserakan di kawasan pasar Minggu miliknya itu.
Selaku pemasok ayam potong, Safni mancakau, lelaki Kecamatan Akabiluru Limapuluh-Kota Sumbar itu selalu “menjual ayam-ayamnya lebih rendah dari pemasok lainnya” ujar Ramadhan (35 ), pedagang ayam potong di Pasar Minggu Kandis.
Toleransi dan kemurahan hatinya, terkadang cenderung di luar kewajaran. Ketika masa sulit penjualan, hutangnya bahkan dihapus begitu saja oleh Safni mancakau, saat ia minta dispensasi untuk penangguhan pembayaran.
Ramadhan yang mengaku sudah 15 tahun di Kandis itu, kerap merasakan diri dan 50 pedagang-pedagang lainnya bersikap keterlaluan terhadap Safni Mancakau. Dua tahun lamanya, ia mengunakan kios berjualan ayam, tanpa dipungut sewa. Begitu juga dengan biaya lampu.
Hasil bimbingan Safni Mancakau, pedagang ayam potong, ayah dari 2 orang anak itu, mengaku telah bisa membangun rumah – yang kini tengah dalam pengerjaan. Sebelum di Pasar Minggu, ia bekerja serabutan, dengan penghasilan yang relative tidak pasti.
Sebagai pemimpin Syafni Sikumbang dipersepsi Uwan Safrin ( 59 ) merupakan tokoh pemimpin yang mengayomi Masyarakat tanpa pilih-pilih orang. Sikapnya manimbang samo barek, maukua samo panjang. Sebagai ninik mamak, ia memiliki kecenderungan mameloki sabalun rusak, maminteh sabalun hanyuik dan sabalun hilang lah dicarinyo.
Sikap dan kepribadian seperti ini, kata ayah 5 orang anak perantau asal Katinggian Harau itu, dewasa ini sulit ditemukan. Terhadap karakter orang Minang yang tidak mau mengemis, meski dalam kondisi sesulit apapun, kata Safrin sangat dipahami Safni Sikumbang. Sehingga ia tidak membiarkan siapapun menunggu untuk meminta saat kesulitan. Ia tidak membeda-bedakan status sosial maupun suku dalam membantu orang.
Safrin yang sehari-hari jualan minuman keliling dengan becak di Kecamatan Kandis itu, mengaku bahwa di katinggian kampungnya, belum tersua sikap dan kearifan yang seperti itu. Suatu kepekaan sosial.
Fery Irawan, Pedagang kelapa dan Santan asal sei geringgiang Pariaman, menilai Safni Sikumbang lebih seronok lagi. Kalau ada dunsanak gadih nan katuju dek pak Mancakau, iapun menyetujui untuk dijadikan istri kedua Safni mancakau idolanya itu.
Sudah masuk tahun ke 3 Fery berdagang kelapa. Di pasar Minggu ini Omsetnya Rp1,5 . ia merasa bersyukur diGratiskan sewa kios selama dua tahun. Jika sewa yang lazimnya di pasar lainnya, sewa kios setidaknya Rp 200 ribu /bulan. Jika dua tahun maka nilai sewa kios itu lumayan besar jumlahnya. Kalaulah Fery sendiri yang punya pasar itu, ia mengaku tidak sanggup seperti Safni.
Fery menilai tipe seperti Mancakau sulit dan jarang ditemukan. Di Pekanbaru juga tidak dijumpainya selama dua tahun ia berjualan di sana. Safni di matanya bak mamak kontan adanya. Sedangkan mamaknya sendiri tidak ada yang berkorban seperti Safni. Ia tidak hanya membantu meringankan biaya, juga mendidik pedagang yang ada, imbuhnya lagi.
Senada dengan pedagang lainnya, surya ( 37 ) pedagang Ayam potong asal Jawa ini, mengakui Safni Mancakau baginya adalah sebagai orang tuanya sendiri. Uda Safni, begitu ia menyebutnya, selalu memberikan nasihat dan pandangan hidup dan berusaha di perantauan.
Amir Husen, perantau dari Binjei Sumut yang sudah dari th 1988 di Kandis, mengaku bahwa Sayfni Sikumbang, merupakan sosok pemimpin yang peduli orang-orang kecil. Perhatiannya terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan, sangat dipujikan. Demikian juga halnya terhadap aktivitas agama.
Bantuannya, terhadap Masjid Muhajirin yang diurus Amir husen, katanya tidak diperbolehkan diumumkan. Tipenya tidak suka menonjol. Tidak pernah membeda-bedakan klas orang-
Untuk masjid, semua kebutuhan perawatan tinggal ambil di mini market milik Safni Sikumbang, tanpa bayar.
Menurut Amir Husen yang juga imam tetap masjid Tipe kepemimpinan Safni, merupakan sosok pribadi yang mengayomi Masyarakat, memiliki kepedulian tinggi terhadap Masyarakat luas.
Sebagaimana yang diketahuinya di Pasar minggu milik Safni Sikumbang , pedagang yang ada memperoleh rasa nyaman dalam berusaha. Pedagang sama sekali terbebas dari rasa tertekan sebagaimana yang dialami di pasar-pasar lainnya, seperti pasar Simbolon.
Di Pasar Minggu ini, sangat membantu pedagang2, baik dari segi sewa lapak dan kios, maupun dari segi pembinaannya. Oleh keringanan yang diberikan Safni selaku pemilik pasar Minggu, berdampak adanya perbaikan tarif dan pelayanan bagi pasar-pasar lainnya di Kandis.
Hal serupa juga dikatakan Ginting (48), pedagang sayur ini mengaku sudah 1 tahun berdagang di Pasar Minggu itu. Dan selama itu ia tidak dikenai sewa oleh Safni . Ginting mengaku pasar Minggu itu cukup leluasa bagi pengunjung untuk berbelanja selain tempat parkirnya memadai. Di sini juga ada mushalla tempat fasilitas sholat. tukasnya