Suaraindonesia1, Gorontalo – Gunung untuk bapak. Gunung itu membentang luas seluas jaringan para Kolega.
Namun gunung itu memberi makan sejuta bapak yang menghidupi keluarga kecilnya. Andaikan langit bermurah hati menurunkan dinar dipagi hari. Tentu eloknya pemandangan gunung itu tak akan ternodai.
Aku bertanya kepada bapak. Bapak orang tak punya. Pak, jika sekali tak menuju ketinggian apa jadinya nasib sehari?. Bapak dengan dengan wajah yang lusuh berkata,
“Jika sehari tak mendapat nasi, bagaimana nasib beberapa nadi yang menungguku seharian pergi,” ungkap seorang bapak tua yang tak ingin disebutkan namanya.
Aku tertunduk diam seribu bahasa. Sulit rasanya aku membayangkan apa yang ada didepan mata. Membandingkan lestarinya kecerian penghuni gunung dan keberlangsungan hidup bapak itu.
Gunung untuk bapak. Perlahan, wajah indahnya kini berubah. Semuanya berubah secara perlahan namun pasti. Wajah yang dulu berseri dengan rindangnya pepohonan, kini berganti dengan berserinya wajah ibukota.
Aku menyadari betapa pentingnya itu. Gunung pemberi hidup orang yang dilemahkan dunia, lemah dan terus dilemahkan sesamanya. Saat semua begitu menghimpit, alasan nadi tentu menjadi pasti.
Kini wajah indahmu terlihat sendu. Wajah yang ditutupi dengan polesan indah berbau kepedulian. Dibalik rindang pepohonanmu kini tak nampak lagi senyum para penghunimu. Bahkan air matamu kini tak sejernih dahulu.
Entah bagaimana aku harus menggambarkan sebuah perasaan.
Saat semua yang ada tak lagi seperti sejatinya ciptaan Tuhan. Mungkin esok kita harus kembali mengenal diri. Diri yang suci berbekal hati tanpa intervensi.
Sedikit tapi cukup lebih baik daripada banyak tapi meninggalkan luka. Luka yang sulit ditutupi bahkan dengan semangat atas dasar kepedulian.
Semua butuh kehidupan. Bapak itu. Ketika semua sudah saling melampaui batasannya, hukum alampun berlaku dan kehidupan menjadi taruhannya.
Entah sampai kapan. Namun ketika saatnya tiba, kita tak akan mampu melawan alam yang telah memberi kita kehidupan. Bahkan hingga kehidupan merenggut kita, tangisan alampun akan membawa pusara bersama seluruh keluh kesahnya.
Penulis : Abd