Manggarai Timur SUARAINDONESIA1 – Bukan hanya sekadar legenda atau dogeng, kisah getir yang harus dilakoni para guru honorer memang nyata ada. Salah satunya seperti yang dirasakan oleh Adrianus Sawo.
Jamak diketahui menyandang status sebagai guru honorer tidaklah mudah. Disamping berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tak sedikit di antaranya yang juga harus berjuang untuk menghadapi getirnya dunia.
Dengan gaji yang serba pas-pasan mereka dituntut untuk tetap profesional menjalankan profesinya.
Kisah getir yang harus dihadapi para guru honorer tersebut seperti yang diungkap oleh Adrianus Sawo. Pria yang diketahui merupakan guru honorer di SMA Negri 7 Borong Kec Borong Kab Manggarai Timur Prov Ntt tersebut membedah upahnya yang dibagi untuk berbagai keperluan selama sebulan.
Baca: Proyek Pembangunan Talud Dikerjakan Asal Jadi ,Pekerjaan Masih Berjalan Sudah Ambrol.
Caraku menyikapi upah yang didapat dari hasil kerja keras mengajar. Tujuannya bukan apa-apa hanya cerita saja. Semoga manajemen hemat ini bisa diterapkan oleh yang berpenghasilan lebih tinggi,” katanya
Guru Honorer di Indonesia memang selalu memiliki kisah tersendiri , dalam bertahan hidup harus mencari tambahan penghasilan di bidang lain.
Tidak lulus PPK namun Adrianus Sawo masih bersemangat.minimnya upah membuatnya harus menjual kayu bakar yang berhasil ia kumpulkan dari Hutan setelah pulang sekolah.
Meski harus mengelilingi Anak kampung di Desa gurung liwut dirinya tetap bersemangat demi bertahan hidup.
Dari hasil jualan kayu bakar tersebut setiap harinya ia membawa pulang uang kurang lebih Rp.100rb kadang juga kurang.
” Meski upah yang didapatkan kecil , saya tetap mau memilih Mengajar sebagai Guru kelas di SMA Negeri 7 Borong ” ttp Adrianus
Editor : Carles Marsoni
Sumber : cemik