Suaraindonesia1- Aceh Tamiang, Bupati Aceh Tamiang, Mursil, SH, M.Kn membuka Pelatihan Integrated Farming dengan menggunakan teknologi MA-11. Kegiatan berlangsung di Aula BPP Karang Baru, pelatihan berlangsung selama 2 hari yakni tanggal 21 hingga 22 Juli 2022. Jumat (22/7/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Aceh Tamiang Mursil, SH, M.Kn mengatakan, untuk pertanian organik sendiri di Aceh Tamiang, kita sudah berhasil di padi organik yang sudah diakui kualitasnya. Saat ini, lahan pertanian (sawah) di Indonesia sudah terbatas, namun bagaimana caranya kita sekarang ini dengan lahan yang tidak bertambah namun hasil produksinya meningkat, salah satunya ialah dengan cara organik,”jelasnya.
“Pelatihan hari ini akan mengajarkan kepada kita bagaimana mengolah itu semua dan ini merupakan terobosan yang sangat baik. Pola pikir masyarakat harus diubah dengan memanfaatkan lahan yang ada. Misalnya, dengan menanam tanaman yang memiliki nilai jual.
Baca: Bupati Serahkan 38 Pelaku UMKM Terima Sertifikat Tanah.
“Tata niaga di masyarakat kita, khususnya petani harus dibenahi, bagaimana dengan hasil panen yang melimpah, namun harga tidak anjlok. Tentunya besar harapan saya ke depannya ada lagi pelatihan di Aceh Tamiang yang tentunya dapat meningkatkan ilmu petani-petani kita di Aceh Tamiang, dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang akan mendukung sepenuhnya,” ucap Bupati.
Sebelumnya, Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Tengku Amir Hamzah menjelaskan, program Integrated Farming ini merupakan kolaborasi KPW BI Lhokseumawe dan KPW BI Aceh dalam rangka mendukung pemberdayaan ekonomi di daerah, serta sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi melalui sektor ketahanan pangan,”jelasnya.
“Pelatihan ini bertujuan, melakukan pertanian secara terintegrasi, dan Bank Indonesia sangat konsen tentang ketahanan pangan di Indonesia dan sudah menjadi tugas BI agar tidak terjadi inflasi. Saat ini Kita dihadapkan dengan masalah yang sama dengan daerah lain yaitu kelangkaan pupuk dan masalah lainnya. Dengan keadaan seperti itulah yang memaksa kita untuk beralih ke organik dan para petani haruslah dibekali dengan ilmu selaku pelaku dilapangan.
“Pertanian dapat menjadi satu kesatuan yang bisa menurunkan angka produksi dan meningkatkan produktivitasnya. Tentunya nanti akan dipantau bagaimana implementasinya di lapangan, hingga bisa dibuktikan secara terukur. Oleh karenanya Pemerintah Kabupaten dan BI harus bersinergi, namun tanpa dukungan dari kelompok tani, tidak akan bisa berjalan dengan baik,”ungkapnya.(edi.s)